Riset 1 --- Profile Elisa
Riset 2 --- Bpk Chen Chiang Hue
Riset 3 --- Sekolah Bersama Yuu (SBY)
Riset 4 --- Sekolah Awan
SEKOLAH AWAN
6 tahun sudah sejak tahun 2005 aisyah wan granie memperjuangkan anak-anak pengamen di sekitar terminal Baranangsiang (BS), Bogor. Perempuan berusia 62 tahun yang juga berprofesi sebagai dokter gigi ini menjelaskan kegiatan mengajar nonformal dilaksanakan setiap hari sabtu dan minggu, dengan metode bermain sambil mendidik belajar. Kegiatan yang ia lakukan berawal dari keprihatinanya melihat lingkungan sekitarnya (anak yang hidup dijalanan, red) ketika melewati terminal BS mengamen, pengemis atau sekedar menjajakan payung ketika hujan. Sejak itu ia mulai mandatangi komunitas mereka yang berdomisili di pulo geulis tepat berada di belakang terminal BS.
Tujuannya adalah mengubah karakteristik mereka, menanamkan nilai moral, budi pekerti, hati, cara fikir dengan target keluar dari keterpurukan agar anak-anak tidak terjerumus dalam dunia kriminalitas hanya karena ketidakpahaman mereka menjalani hidup. Saat ini kegiatan belajar mengajar selepas mereka sekolah pagi di tempat yg berbeda, tempat beratapkan langit (tak bergedung,red) dijuluki “sekolah alam” berada di bawah pohon, bekas pembuangan sampah, pos RW ataupun beranda kantor kelurahan yang pernah mereka harus memanjat karena terkunci.
Umi panggilan akrabnya mengeluhkan anak dampingannya yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas terkait sudah ada wajib belajar pendidikan dasar SD dan SMP yang sudah terkucur dana BOS. Ada dua anak nya yang bisa tamat sekolah menengah kejuruan (SMK). Walaupun begitu tetap saja anak dampingannya harus berjuang mendapatkan uang 400ribu untuk adiknya dengan mengamen hanya untuk membayar tekek bengek dari sekolah nya. Melalui program Parlemen anak umi dapat keluhan-keluhan para anak mengenai kondisi di sekolahnya masing-masing.
Mantan Kadinkes ini lebih konsentrasi kepada anak marginal tetapi sedikit 10% nonmarginal. Ia merasa terenyuh melihat orangtua mengeksploitasi para anaknya sehingga berbagai cara mulai dari door to door hingga pengarahan secara komunitas kepada orangtua anak didikanya telah ia lakukan. Tak singkat waktu yang diperlukan untuk meyakinkan para orangtua agar anak sekolah di tengah keterbatasan. Hingga kini dari ± 150 tinggal sedikit yang tinggal dijalanan tidak sedikit parpol yang ingin ikut bergabung. Ia juga sering mengunjuni lapas anak-anak.
Ada satu sekolah sampai sarjana di bebas biaya kan tetapi jauh dari keluarga yang membuat anak-anak didiknya susah keluar dari komunitas. Kalau tidak kita siapa lagi disisa hidupnya ia ingin membantu orang yang susah dengan tidak menginginkan santunan sekilas. Harapannya ingin membuka kelas untu para ibu-ibu.
Di tengah obrolan kami Awan Burhanudin suami tercinta menyelipkan kenangan sang istri “hampir patah itu tangan kiri terkilir ketika mengajar disaat hujan karena terpeleset” celotehnya. Ibu aisyah sangat tertarik dengan berkeingianan mendirikan DEPO Daur Ulang di kota Bogor dengan Tanah Pemda yang tidak terpakai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar