I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dunia pertelevisian dewasa ini berkembang dengan cepat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika memasuki abad 21. Kemajuan dibidang perangkat keras memungkinkan penyajian melalui pesawat televisi lebih bervariasi memadukan teknik, tempo dan gerak atau seni sebagai suatu persyaratan utama teknik penyajian.
Reality show yang dalam istilah bahasa Indonesia berarti acara realitas merupakan genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran (Wikipedia, 2010).
Berdasarkan definisi yang diperoleh dari wikipedia Bahasa Indonesia tersebut dapat ditarik benang merah bahwa reality show bukanlah acara nyata dan tidak benar-benar terjadi seperti yang dapat disaksikan kebanyakan penonton. Reality show sebenarnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipasi di lokasi-lokasi tertentu (eksotis), atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi-reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi lainnya.
Ironisnya, masyarakat umum terutama masyarakat menengah ke bawah yang sudah tentu awam terhadap dunia pertelevisian tak banyak yang tahu bahwa acara realitas hanyalah kebohongan belaka. Mereka terlalu fanatik dan menganggap bahwa kisah-kisah haru dan dramatik yang kebanyakan ditonjolkan oleh acara-acara realitas memang benar-benar terjadi dengan tanpa adanya scenario
Pengaruh buruk tersebut semakin parah karena sebagian besar acara realitas sekarang mempertontonkan hal-hal yang sebenarnya tak patut dan tidak mendidik, seperti menceritakan kehidupan seks bebas, kekerasan, penghianatan, perselingkuhan, dengan disertai adanya ucapan atau perkataan yang tidak senonoh sehingga otomatis menimbulkan pengaruh buruk daripada pesan moral yang mungkin ingin disampaikan.
Apalagi pengemasannya yang terbilang bagus dengan didukung ekspresi presenter yaitu Panda dan Mandala serta tema-tema yang menarik seperti percintaan, penghianatan, perselingkuhan, dan bahkan hal-hal mistik seperti perdukunan serta hal-hal yang berbau religi pun semakin membuat masyarakat seolah-olah tersihir untuk senantiasa menyaksikannya. Kebohongan publik, rekayasa dan pengaruh buruk menyelimuti para penonton yang kini menjamur di layar kaca.
1.2 Permasalahan
- Bagaimana pengaruh acara realitas terhadap perkembangan pola pikir dan psikologi masyarakat umum, utamanya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa?
- Apa alasan acara realitas berkembang?
- Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh negatif acara realitas terhadap perkembangan pola pikir dan psikologi masyarakat luas, utamanya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjawab seberapa besar pengaruh dari acara reality show “Termehek-mehek” yang akan diikuti masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama pengaruh buruk yang tidak membawa pesan moral yang hendak disampaikan.
2. Melihat dan terjun langsung pendapat masyarakat menyaksikan acara reality show.
3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh negatif acara realitas terhadap perkembangan pola pikir dan psikologi terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
1.4 Manfaat
1) Bagi penulis:
Sebagai wadah untuk memperkaya wawasan, pengetahuan, serta pengalaman terkait reality show yang belakangan ini menjamur di layar kaca.
2) Penonton.
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pemilihan program TV apa yang memang layak untuk ditonton sehingga masyarakaat luas utamanya masyarakat menengah ke bawah dapat mengetahui hakikat reality show yang sungguh kontras dengan istilah yang dipakainya.
3) Komisi penyiaran indonesia.
Sebagai masukan dalam mempertegas perannya untuk meredam dampak negatif dari menjamurnya penayangan acara realitas, sehingga diharapkan semua jenis acara reality show nantinya layak disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa adanya kekawatiran terpengaruh oleh dampak negatifnya.
4) Pengusaha TV.
Sebagai bahan masukan agar lebih menimbang baik buruknya penayangan acara televisi tanpa selalu memandang keuntungan materi semata dengan mengorbankan terjerumusnya pola pikir dan psikologi si penonton.
II. Tinjauan Pustaka
2.1. Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Media Massa
Menurut Wiryanto (2004) komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi massa (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.
Sementara itu Tan dan Wright,dalam Liliweri (1991) berpendapat lain, menurutnya komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal,berjumlah banyak,bertempat tinggal yang jauh (terpencar),sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Menurut devito (1997) ada beberapa fungsi yang di emban komunikasi
1. Menghibur, Media
2. Meyakinkan, Media
3. Menginformasikan, Media
4. menganugrahkan status, orang-orang yang penting setidaknya di mata masyarakat adalah orang-arang yang yang sering dimuat di media
5. Membius, fungsi membiusnya menjadikan informasi tentang sesuatu
6. menciptakan rasa kebersatuan.
2.2. Televisi
2.2.1 Pengertian Televisi
Menurut Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (seperti surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
Sebanyak 99 % orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan wahtu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agge,et. al. 2001:279).
Kamus Ensiklopedi The Reader’s Digest Great mendefinisikan TV sebagai berikut: “reproduksi visual secara simultan dari adegan sasaran, pertunjukan, dan sebagainya yang diterima dari jarak jauh.
Ensiklopedi Britanika mendefinisikan Televisi sebagai berikut: “Transmisi gambar-gambar gerak elektrikdan transmisi elektrik simultan yang dilengkapi dengan suara”.
Menurut Jhon Herwanto Spsi Msi, ketua Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri, televisi ibarat pisau bermata dua yang suatu saat bisa makan tuannya.
2.3. Karakretistik Televisi
Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti ”gerak” dalam bahasa Yunani, dan kata visi berarti ”citra atau gambar” berikut suaranya dari suatu tempat yang jauh. Media massa pada hakekatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang mengguanakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara tepat, berurutan dan diiringi unsur audio (Sutisno,1993)
Menurut B Gunarto seorang aktivis Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas, dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menonton TV.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamat acara televisi Firman Firdaus mengemukakan hampir semua sinetron remaja saat ini menggambarkan persekongkolan yang menjijikan di kalangan anak sekolah, intrik asmara yang hiperbolis, cercaan terhadap pembantu, kata-kata kasar pada orang tua, dan segudang laku minus lainnya, dengan jam tayang yang sangat strategis: pukul 17.00-21.00 WIB.
McLuhan seorang ahli psikologi komunikasi berpendapat bahwa manusia berhubungan dengan televisi sudah tidak hanya melihat atau menonton lagi, tapi sudah terlibat di dalamnya. Apalagi dengan kemajuan tehnologi sekarang ini masalah ini ditambah dengan tersedianya berbagai permainan elektronik yang berbau kekerasan.
Menurut Aletha Huston, Ph.D. dari University of Kansas, anak-anak yang menonton kekerasan di TV lebih mudah dan lebih sering memukul teman-temannya, tak mematuhi aturan kelas, membiarkan tugasnya tidak selesai, dan lebih tidak sabar dibandingkan dengan anak yang tidak menonton kekerasan di TV.
Anak-anak memang berada pada fase meniru. Anak-anak adalah imitator ulung, dan karena itu akan cenderung meniru adegan yang ditonton di TV (UI Prof Dr Fawzia Aswin Hadis).
Hasil penelitian oleh Dr. Leonard Eron dan Dr. Rowell Huesmann dari University of Michigan menunjukkan, anak yang menghabiskan waktu dengan menonton TV cenderung lebih agresif. Apalagi kalau yang ditontonnya adalah tayangan yang buruk dan penuh dialog kasar. Anak bisa terdorong untuk melakukan hal yang sama.
Menurut Mary Win dalam bukunya The Plug-In-Drug dan Unplugging The Plug-In-Drug mengungkapkan sejumlah dampak menonton televisi bagi anak-anak. Antara lain bisa menimbulkan ketagihan dan ketergantungan serta pola hidup konsumtif di kalangan anak-anak. Anak-anak akan merasa pantas untuk menuntut apa saja yang ia inginkan, alias anak akan menuntut gaya hidup borju.
III. Metode
3.1 Lokasi dan waktu Praktek Kerja Lapang
Kegiatan praktek kerja lapang dilaksanakan dalam jangka waktu satu minggu, yaitu mulai 28 Maret 2011 sampai dengan 4 April 2011, di SMAN 10 Bogor yang beralamat di Jalan Pinang Raya Komplek Yasmin Sektor VI.
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam melakukan praktek kerja lapang metodologi yang dilakukan adalah:
- Studi pustaka
yaitu dengan cara mempelajari dan mengkaji literatur-literatur tentang teori-teori yang ada hubungannya dengan dampak dari tayangan reality show.
- Pengumpulan data yang di peroleh dari
- Data primer: yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan seperti menyebar kuisioner dan wawancara langsung dengan siswa/i SMAN 10 Bogor.
- Data sekunder: yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari instansi atau lingkungan sekitar, dalam hal ini adalah SMAN 10 Bogor , website resmi sekolah dan juga data yang di peroleh dari buku-buku literatur maupun dari laporan-laporan yang berhubungan dengan dunia televisi terutama yang berhubungan dengan dampak produksi acara realitash televisi.
- Analisis data
Menyebar kuisioner yang akan disebar kepada siswa/i SMAN 10 Bogor kemudian data dianalisa dengan memakai teori-teori yang ada dalam literatur.
- Pembahasan
Hasil analisa kemudian dievaluasi, dibandingkan dengan teori yang ada dalam literatur.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut